Jakarta, CNN Indonesia --
Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terus membayangi pekerja di Tanah Air. PHK terjadi di beragam industri, seperti perbankan, teknologi info (IT), media, hingga tekstil.
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat 18.610 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) per Februari 2025. Data tersebut merupakan nan terbaru dari Kemnaker.
"Pada periode Januari s.d. Februari tahun 2025 terdapat 18.610 orang tenaga kerja ter-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) nan dilaporkan. Tenaga kerja ter-PHK paling banyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah ialah sekitar 57,37 persen," seperti tertulis di info Kemnaker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah angin besar PHK, krusial bagi pekerja untuk menyiapkan finansial lebih baik agar hidup mereka tak terombang-ambing. Termasuk dalam menyiapkan biaya darurat.
Lantas gimana langkah menyiapkan biaya darurat?
1. Siapkan Dana Darurat 6 Kali Pengeluaran
Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini Sutikno menyarankan pekerja untuk menyiapkan biaya darurat sebesar enam kali pengeluaran per bulan. Apalagi jika pekerja sudah mempunyai family sendiri.
Namun, bagi pekerja nan belum menikah dan baru bekerja bisa menyiapkan biaya darurat sebesar tiga kali pengeluaran per bulan.
"Dana darurat adalah aset likuid kita nan memang sengaja untuk meng-cover akibat terjadinya PHK," katanya pada CNNIndonesia.com.
Jika pekerja mempunyai utang, sambungnya, maka jumlah biaya darurat bertambah menjadi biaya pengeluaran ditambah angsuran per bulannya.
2. Kurangi Gaya Hidup
Mike mengatakan pekerja juga perlu mengurangi pengeluaran untuk style hidup. Dengan mengurangi style hidup, maka bakal lebih banyak biaya nan bisa disisihkan untuk menghadapi PHK.
"Gaya hidup jika tidak dilakukan Anda tidak menderita kok. Cuma ada beberapa kenikmatan hidup nan dikurangi saja," katanya
Mike mengatakan dengan mengurangi style hidup, pekerja tetap bisa menikmati hidup. Misalnya dengan listrik dan internet nan tetap menyala serta makan makanan bergizi. Namun, memang style hidup seperti shopping konsumtif dan jalan-jalan kudu dikurangi.
"Kalau Anda merasa bahwa income terancam. Maka mulai mengurangi alias menghentikan pengeluaran biaya hidup nan tidak prioritas," katanya.
Senada, Perencana Keuangan dan Founder Rekadana Rina Dewi Lina mengatakan pengeluaran style hidup perlu dikurangi. Misalnya untuk langganan hiburan, upgrade gadget, alias berpiknik dengan argumen healing alias self reward.
Namun, Anda perlu menyiapkan biaya untuk nongkrong namalain berjumpa dengan kawan lantaran bisa jadi pintu kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan.
"Wajib menyiapkan biaya untuk (hangout) unik untuk menjalin networking, lantaran pekerjaan bisa didapat dari sini," katanya.
3. Buka Bisnis
Rina menyarankan Anda membuka upaya untuk menambah pundi-pundi. Anda bisa memulai dengan modal kecil. Misalnya kuliner harian seperti makanan kaku rumahan, warung sarapan, alias katering sehat.
Anda juga bisa menjadi reseller produk kebutuhan seperti sembako, perangkat kebersihan, popok, dan lain sebagainya.
"Kalau punya skill saatnya dijadikan usaha, seperti mengajar online, membikin produk digital, dan berdagang di media sosial. Saatnya berinvestasi leher ke atas, meningkatkan skill untuk berjualan, seperti belajar jualan online alias live streaming," katanya.
Sementara itu, Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho mengatakan Anda bisa mulai upaya nan dibutuhkan oleh orang-orang sekitar. Mulai dari upaya makanan kecil, upaya apparel alias pakaian, voucher game, hingga menjual sembako.
"Bisa juga pekerjaan nan berkarakter digital seperti jasa SEO, jasa bikin website, ahli foto alias videographer, penyunting video, jasa sosial media manager, dll," katanya.
[Gambas:Video CNN]
(feby febrina nadeak/agt)