Jakarta, CNN Indonesia --
Beberapa cerita rakyat Jawa cukup terkenal hingga di luar daerah. Jika Anda sedang mencari referensi, berikut kumpulan contoh cerita rakyat dari Jawa nan telah dirangkum.
Masyarakat Jawa mempunyai beragam cerita rakyat nan diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian krusial dari kekayaan budayanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita rakyat sendiri adalah cerita nan berasal dari masyarakat dan berkembang di masyarakat. Dari sekian banyaknya cerita rakyat Jawa, ada beberapa cerita nan terkenal.
Menukil kitab Kumpulan Cerita Rakyat Jawa terbitan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Jakarta (2007) dan sumber lainnya, berikut kumpulan cerita rakyat Jawa nan terkenal di masyarakat.
1. Legenda Nyi Roro Kidul
Cerita Nyi Roro Kidul sangat terkenal di kalangan masyarakat Jawa. Nyi Roro Kidul adalah seorang wanita elok berjulukan Lara Kadita, anak dari Raja Munding Wangi.
Meski begitu, sang raja tetap berduka lantaran tidak mempunyai putra mahkota untuk menggantikan takhtanya. Kemudian raja memperistri Dewi Mutiara dan lahirlah seorang anak lelaki.
Dewi Mutiara menuntut raja untuk memastikan anak laki-lakinya bakal memegang takhta kerajaan. Bahkan Dewi Mutiara mengutus inang pengasuh untuk memanggil tukang sihir agar mengirim guna-guna pada Lara Kadita.
Mendengar Lara Kadita sakit, Raja Munding Wangi segera mengusirnya dari kerajaan agar tidak menjadi aib. Lara Kadita kemudian pergi meninggalkan kerajaan dan melangkah tanpa tujuan menuju Selatan.
Dikarenakan sangat lelah, dia sampai di bukit terjal di Pantai Karanghawu. Ketika tertidur, dia bermimpi berjumpa seorang 'santo' nan menyuruh sang putri untuk menyucikan dirinya dengan langkah terjun ke laut guna menyembuhkan, mengembalikan kecantikannya, dan mendapatkan kekuatan magis.
Ketika terbangun, Lara Kadita melompat dari tebing terjal ke tengah gulungan ombak, dan turun ke dasar Laut Selatan lampau menghilang ke laut. Ia pun menjadi penguasa laut nan mempunyai istana megah di dasar samudra.
2. Larangan memukul kentongan
Cerita rakyat tentang larangan memukul kentongan mengisahkan asal-usul larangan membunyikan kentongan di desa nan terdapat di lereng Gunung Merapi.
Suatu hari udara sejuk wilayah Tlogolele seketika berubah panas. Banyak hewan nan turun rimba untuk mencari tempat sejuk. Ki Jagabaya memperkirakan bahwa itu berfaedah Gunung Merapi bakal meletus.
Tidak lama setelah itu, bunyi gemuruh diikuti semburan asap tebal muncul dari puncak Gunung Merapi. Bersamaan dengan itu datang angin kencang. Ki Jagabaya selaku pemimpin desa memukul kentongan titir agar penduduk segera mengungsi.
Ki Jagabaya nan memukul kentongan sembari berteriak "Wedhus gembel datang!" membikin penduduk semakin ketakutan. Hal tersebut menyebabkan lebih banyak korban jiwa.
Setelah musibah selesai, seorang sesepuh desa menyarankan untuk tidak membunyikan kentongan saat ancaman datang. Jika ada ancaman beritahukan secara lisan.
Selain itu, setiap masyarakat diminta membakar tempe, menyalakan obor depan rumah, dan mengadakan kenduri sega gunung (nasi tumpeng) sebagai corak tolak bala.
Sampai sekarang masyarakat Tlogolele tetap mempercayai larangan untuk tidak memukul kentongan agar wedhus gembel tidak melanda desa tersebut.
3. Kalarahu
Pada suatu ketika, Batara Guru mau mengadakan pesta besar di Kayangan Jonggring Salaka. Beliau kemudian menugaskan Resi Narada untuk mengumpulkan dewa-dewi. Dalam pesta tersebut, mereka diizinkan minum toya urip alias air penghidupan. Siapa saja nan telah meminum air tersebut dapat hidup abadi.
Para pembesar dewa-dewi dipersilakan mengambil air penghidupan terlebih dahulu, kemudian disusul dewa dewi biasa. Mereka sangat senang lantaran air penghidupan mempunyai aroma wangi dan sangat dingin sehingga menyegarkan tubuh.
Sementara, di angkasa terdapat raksasa berjulukan Kalarahu. Ia berbicara dalam hati jika dapat meminum air penghidupan, maka bakal hidup kekal dan tidak bakal meninggal selamanya. Kalarahu kemudian menyamar menjadi dewa dan ikut dalam pesta tersebut.
Dewa Matahari dan Dewa Bulan tahu bahwa Kalarahu menyamar menjadi dewa. Mereka segera menunjukkan Sang Hyang Wisnu. Wisnu akhirnya melepaskan panahnya tepat di leher Kalarahu.
Namun badannya tetap hidup kekal lantaran dia sudah meminum air penghidupan sampai ketenggorokan. Kalarahu tahu bahwa nan melaporkannya adalah Dewa Matahari dan Dewa Bulan. Kalarahu nan marah berjanji bakal menelan hidup-hidup Dewa Matahari dan Dewa Bulan.
Setelah pesta selesai, Kalarahu memburu kedua dewa tersebut. Karena Kalarahu tidak mempunyai tubuh, maka ketika Dewa Matahari dan Dewa Bulan ditelan, mereka bisa keluar kembali. Dewa Matahari nan ditelan Kalarahu menyebabkan eklips mentari dan ketika Kalarahu menelan Dewa Bulan, terjadilah eklips bulan.
4. Timun Mas
Suatu hari, ada sepasang petani nan tidak mempunyai anak. Setiap harinya, mereka terus bermohon agar bisa diberi keturunan. Kemudian datanglah seorang raksasa nan mendengar angan mereka dan memberikan pertolongan. Petani tersebut diminta untuk menanam biji timun.
Nantinya dari buah timun tersebut bakal lahir seorang bayi. Namun raksasa memberikan syarat bahwa ketika bayi sudah berumur 17 tahun, maka anak tersebut kudu dikembalikan pada raksasa. Pasangan petani, sangat senang lantaran bakal segera mempunyai anak. Mereka memberikan nama bayi wanita tersebut dengan nama Timun Mas.
Setelah 17 tahun, raksasa datang untuk menagih janjinya ialah mengambil anak nan sekarang sudah remaja, sesuai dengan perjanjian. Akan tetapi, pasangan petani tersebut menolak dan meminta Timun Mas membikin 4 peralatan ajaib.
Setiap kali raksasa bakal menculiknya, Timun Mas bakal melemparkan salah satu peralatan tersebut. Akhirnya raksasa jatuh dalam sumur dan Timun Mas bebas selamanya.
5. Bandung Bandawasa dan Roro Jonggrang
Dahulu Kerajaan Prambanan diperintah oleh raja raksasa berjulukan Prabu Baka. Raja tersebut mempunyai putri elok berjulukan Roro Jonggrang.
Suatu ketika Kerajaan Prambanan mau menaklukkan Kerajaan Pengging. Kedua kerajaan tersebut berperang, dengan Prabu Baka sebagai pemimpin pasukan Prambanan dan Bandung Bandawasa pemimpin pasukan Kerajaan Pengging.
Prabu Baka nan terdesak akhirnya terkena senjata Bandung Bandawasa dan tewas seketika. Karena kemenangan tersebut, Bandung Bandawasa diberi izin untuk tinggal di istana Prambanan.
Bandung Bandawasa apalagi meminang Roro Jonggrang. Namun Roro Jonggrang bingung kudu menerima alias menolaknya. Patih Prabu Baka kemudian memberikan pendapat agar Putri menerima dengan syarat-syarat nan tidak bisa dipenuhi Bandung Bandawasa.
Roro Jonggrang akhirnya memberikan syarat pada Bandung Bandawasa untuk membuatkan 1.000 arca dan dua buah sumur nan sangat dalam, hanya dalam waktu satu malam.
Bandung Bandawasa pun menyetujui syarat tersebut. Namun dia juga bingung apakah bisa memenuhi permintaan tersebut alias tidak. Melalui support ayahnya, Bandung Bandawasa memerintahkan ribuan makhluk lembut untuk membikin arca. Pada tengah malam hari jumlah arca sudah mencapai lima ratus buah dan dua sumur juga nyaris selesai.
Mengetahui perihal tersebut, Roro Jonggrang bingung. Ia kemudian memerintahkan gadis-gadis desa untuk memukul lesung, menyapu dan membakar jerami sebagai tanda pagi telah datang. Roro Jonggrang kemudian menghitung arca nan dibuat Bandung Bandawasa dan jumlahnya hanya 999 buah.
Bandung Bandawasa sangat marah setelah tahu dia dibohongi oleh Roro Jonggrang dan gadis-gadis di Prambanan. Akhirnya Bandung Bandawasa mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca sehingga jumlahnya genap menjadi 1.000 buah.
6. Kera Sakti
Legenda ini bercerita tentang seekor monyet nan mempunyai keahlian luar biasa tetapi tidak disukai oleh dewa lantaran dia tidak menyukai buah-buahan, melainkan lebih suka menyantap bintang-bintang di langit.
Walaupun begitu, monyet tersebut mempunyai sifat nan baik dan suka membantu orang nan tersesat di Gunung Slamet. Terkadang dia juga membantu pendaki agar tidak terancam hewan buas. Akan tetapi, lantaran tidak disukai para dewa, monyet tersebut sering kali diserang.
Suatu hari, Semar dan ketiga anaknya diutus oleh para dewa untuk memberi pelajaran pada monyet sakti. Mereka memberikan pelajaran dengan mematahkan puncak Gunung Slamet agar monyet tersebut tidak bisa mencapai bintang-bintang. Walaupun marah, monyet sakti sukses menghadapi serangan tersebut.
Setelah berhasil, monyet pun lemas lantaran kelaparan dan kehausan. Ketika dia menemukan guci berisi air, dia minum darinya tanpa menyadari bahwa itu adalah air racun nan disediakan Semar dan ketiga anaknya. Akibatnya monyet tersebut mengalami penderitaan dan akhirnya meninggal.
7. Bawang Putih dan Bawang Merah
Di Desa Dadapan ada seorang janda berjulukan Mbok Rondo Dadapan nan mempunyai 2 orang anak perempuan. Satu anak kandung berjulukan Bawang Merah dan satu anak tiri berjulukan Bawang Putih. Bawang merah mempunyai sifat jahat seperti ibunya, sedangkan bawang putih mempunyai sifat ramah dan baik.
Suatu hari, bawang merah dan ibunya menyuruh bawang putih mencuci busana di sungai. Tiba-tiba, baju kesukaan ibunya nan berwarna merah terbawa arus sungai. Bawang putih panik dan mengejar baju tersebut, namun akhirnya putus asa.
Selama perjalanan, bawang putih menemukan sebuah rumah tua dan membantu nenek nan tinggal di sana. Selama tiga hari membantu nenek, bawang putih diberi bingkisan buluh bambu nan rupanya berisi perhiasan. Kemudian bawang putih membawa pulang bingkisan tersebut.
Ketika kembali ke rumah, bawang merah dan ibunya merasa iri dengan keberuntungan bawang putih. Mereka mengikuti apa nan dilakukan bawang putih tetapi dengan niat nan tidak ikhlas. Setelah mendapatkannya, buluh bambu pun dibelah.
Ternyata buluh bambu itu tidak berisi emas ataupun permata, melainkan berisi hewan berbisa nan membikin Mbok Rondo Dadapan dan Bawang Merah ketakutan. Sejak itu, Mbok Rondo pun jera dan bertindak setara terhadap Bawang Putih dan Bawang Merah.
Demikian kumpulan cerita rakyat Jawa nan terkenal di masyarakat.
(via/fef)