Jakarta, CNN Indonesia --
Prasasti-prasasti dari era Hindu-Buddha di Nusantara rupanya ditulis dalam beragam bahasa. Berikut pembahasan bahasa nan digunakan dalam prasasti era Hindu-Buddha nan perlu diketahui.
Istilah prasasti berasal dari bahasa Sanskerta nan pada dasarnya berarti puji-pujian, seperti mengutip dari buku Prasasti & Raja-Raja Nusantara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Museum Nasional (2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, maknanya meluas hingga mencakup beragam jenis arsip resmi seperti piagam, maklumat, surat keputusan, dan undang-undang.
Keberadaan prasasti menandai berakhirnya era prasejarah di Indonesia, sebuah periode ketika masyarakat belum mengenal aksara, dan dimulainya era sejarah, di mana tulisan telah digunakan.
Bahasa dalam prasasti era Hindu-Buddha
Dikutip dari buku Hafalan Materi IPS SD/MI Kelas 4, 5, 6, bahasa nan digunakan dalam prasasti era Hindu-Buddha adalah bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.
Pada masa tersebut, bahasa nan digunakan sehari-hari adalah bahasa Sanskerta nan mana telah dipengaruhi oleh kebudayaan India di Nusantara, seperti ditambahkan dari jurnal Telaah Linguistik Interdisipliner dalam Makrolinguistik (2017).
Sanskerta adalah bahasa Indo-Arya tertua dari rumpun Indo-Eropa nan mempunyai kedudukan krusial di Asia Selatan. Lebih dari sekadar perangkat komunikasi, bahasa ini merupakan bahasa sakral bagi tiga kepercayaan besar, Hindu, Buddha, dan Jain.
Masuknya Sanskerta ke Indonesia sekitar abad ke-5, dibawa oleh para rohaniwan India, turut mewarnai sejarah dan kebudayaan Nusantara.
Bukti pengaruh ini terlihat jelas pada kerajaan-kerajaan Hindu Kuno seperti Kutai, Tarumanegara, dan Mataram Kuno, di mana bahasa Sanskerta memainkan peranan penting.
Di samping bahasa Sanskerta, prasasti biasanya berisi tulisan bahasa Melayu, Jawa Kuno, Sunda Kuno, maupun Bali Kuno.
Aksara nan digunakan penduduk setempat adalah huruf Pallawa, sebuah huruf nan berasal dari India dan diajarkan kepada mereka, berbarengan dengan bahasa Sanskerta, nan merupakan bahasa umum pada era itu.
Selain itu, aksara Jawa Kuno, Sunda Kuno, Sumatra Kuno, Bali Kuno, Nagari, hingga Tamil pun dipakai oleh masyarakat di era Hindu-Buddha.
Perkembangan bahasa di masa Hindu-Buddha
Pada era Hindu-Buddha di Nusantara, keragaman bahasa sangatlah kaya. Masyarakat Jawa menggunakan bahasa Jawa Kuno dan Sunda Kuno, sedangkan bahasa Melayu menjadi lingua franca di Sumatra dan Semenanjung Melayu.
Berbagai bahasa wilayah juga tumbuh subur, termasuk Batak, Kubu, Nias, Minangkabau, Padang, Banjar, Melayu (sebagai salah satu contoh), Dayak, Bugis, dan Makassar.
Menariknya, meskipun banyak bahasa digunakan, bahasa Sanskerta mendominasi inskripsi-inskripsi antik lantaran erat kaitannya dengan elite penguasa dan keagamaan Hindu-Buddha.
Akan tetapi, tren ini berubah menjelang akhir periode kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha seperti Majapahit, Sriwijaya, Sunda Pajajaran, dan Melayu.
Seiring berjalannya waktu, bahasa Melayu mulai menggantikan posisi Sanskerta sejak abad ke-14, terbukti dari prasasti-prasasti Sriwijaya.
Pergeseran ini dipengaruhi oleh melemahnya kekuasaan kerajaan Hindu-Buddha dan juga oleh penyebaran kepercayaan Islam di Nusantara.
Demikian penjelasan mengenai bahasa nan digunakan dalam prasasti era Hindu-Buddha, ialah bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.
Huruf Pallawa, adalah sebuah huruf nan berasal dari India dan dipelajari masyarakat pada masa tersebut berbarengan dengan bahasa Sanskerta, nan merupakan bahasa umum pada era itu.
(gas/juh)