Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta restu Presiden Prabowo Subianto untuk mengevaluasi sejumlah blok minyak dan gas bumi (migas) di sekitar Laut Natuna nan izinnya telah lama dimiliki tetapi belum beroperasi.
Menurut Bahlil, blok-blok 'mangkrak' tersebut tetap menyimpan potensi produksi tambahan sebesar 5.000 hingga 7.000 barel per hari.
Pernyataan ini disampaikan Bahlil saat meresmikan produksi perdana Lapangan Minyak Forel dan Terubuk, bagian dari Wilayah Kerja (WK) South Natuna Blok B di Provinsi Kepulauan Riau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyampaikan langkah pertimbangan ini diperlukan untuk mendukung pencapaian sasaran produksi nasional dan mempercepat realisasi kedaulatan energi.
"Sekitar blok-blok ini rupanya tetap banyak blok nan tetap bisa kita kerjakan tapi pemegang izinnya sudah lama dipegang tapi tidak beraksi dan ini bisa meningkatkan 5.000-7.000 barel sekitar sini," ucap Bahlil, sebagaimana disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (16/5).
"Kami minta izin dan arahan. Sekiranya Pak Presiden berkenan kami bakal mengevaluasi izin ini untuk kita kembalikan ke KKKS (kontraktor perjanjian kerja sama) lain nan bisa mewujudkan agar bisa meningkatkan lifting untuk menuju kedaulatan energi," imbuhnya.
Bahlil juga memaparkan proyek Forel dan Terubuk nan dioperasikan oleh Medco E&P Natuna Ltd merupakan wilayah kerja migas terjauh dari daratan nan saat ini aktif berproduksi di Indonesia.
Lokasinya berada sekitar 60 mil laut dari daratan dengan kedalaman 90 meter. Total investasi proyek ini mencapai US$600 juta alias setara Rp9,86 triliun (asumsi kurs Rp16.441 per dolar AS) dan menyerap sekitar 2.300 tenaga kerja selama masa konstruksi.
Ia menekankan nilai strategis proyek ini lantaran seluruh prosesnya dilakukan oleh entitas dalam negeri.
Operator, tenaga kerja, dan kapal Floating Production, Storage, and Offloading (FPSO) nan digunakan dalam proyek tersebut seluruhnya merupakan hasil karya anak bangsa dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) mencapai 100 persen.
Bahlil juga melaporkan kondisi terkini produksi migas nasional. Lifting minyak Indonesia pada 2024 diperkirakan mencapai 580 ribu barel per hari.
Angka ini tetap jauh dari sasaran jangka menengah pemerintah nan mau mencapai 900 ribu hingga 1 juta barel per hari pada 2029-2030.
"Dalam rangka menerjemahkan arah kebijakan Pak Presiden nan telah mencanangkan 2029-2030 kita kudu menciptakan produksi kita sekitar 900 ribu sampai 1 juta barel. Maka kami melaporkan bahwa secara umum 2024 lifting kita mencapai 580 ribu barel," ujarnya.
Ia optimistis sasaran tersebut dapat dicapai dengan support semua pihak, termasuk kerja keras SKK Migas, Kementerian ESDM, dan para KKKS nan aktif di lapangan.
Terkait proyeksi ke depan, Bahlil menyebut bahwa pada 2027-2028, ketika operator migas asal Italia, ENI, mulai berproduksi, bakal ada tambahan konsentrat sebesar 90 ribu barel.
Dengan kalkulasi tersebut, sasaran produksi nasional pada 2028-2029 diharapkan bisa mencapai minimal 800 ribu hingga 1 juta barel per hari.
Dari lapangan Forel dan Terubuk sendiri, saat ini sudah dihasilkan produksi sebesar 20 ribu barel minyak per hari dan 60 juta standar kaki kubik gas (MMSCFD). Bahlil menyampaikan jika tren produksi gas ini memperkuat dan bertambah, maka pada periode 2026-2028 Indonesia diperkirakan bakal mengalami surplus gas.
[Gambas:Video CNN]
(del/sfr)