CNN Indonesia
Senin, 13 Okt 2025 16:35 WIB
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa keukeuh tak mau APBN dipakai untuk bayar utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung namalain Whoosh. Utang Whoosh memang besar. (Arsip KCIC).
Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa ngotot tak mau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dipakai untuk membayar utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung namalain Whoosh.
Penolakan disampaikan lantaran saat ini Whoosh dikelola oleh BUMN. BUMN, katanya, saat ini juga sudah dikendalikan oleh Danantara.
"Itu kan Whoosh sudah dikelola oleh Danantara kan. Danantara sudah ngambil Rp80 triliun lebih dividen dari BUMN, semestinya mereka manage dari situ saja," kata Purbaya usai Inspeksi Mendadak (Sidak) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (13/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau pakai APBN agak lucu. Karena untungnya ke dia (Danantara), susahnya ke kita. Harusnya jika diambil (dividen BUMN), ambil semua gitu (termasuk beban utang BUMN)," tegas sang Bendahara Negara.
Lalu sebenarnya berapa utang Whoosh?
Sebagai informasi, Whoosh namalain Kereta Cepat Jakarta-Bandung dibangun dengan nilai total investasi US$7,2 miliar alias setara Rp116,54 triliun (asumsi kurs Rp16.186 per dolar AS).
Investasi ini bengkak dari proposal awal nan diajukan oleh China pada 2015 lampau saat rebutan dengan Jepang. Saat itu, China menawarkan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dengan nilai investasi US$5,13 miliar.
Investasi lebih murah dibandingkan dengan tawaran Jepang yang mengajukan proposal investasi US$6,2 miliar.
Nah, dari total biaya investasi itu US$7,2 miliar itu, 75 persen di antaranya didapat dari pinjaman China Development Bank.
Sementara sisanya berasal dari setoran modal pemegang saham, ialah campuran dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) (60 persen) dan Beijing Yawan HSR Co Ltd (40 persen).
Keberadaan utang itu, membebani keahlian finansial PT KAI sebagai salah satu pihak nan terlibat dalam pengoperasian Whoosh.
Nah, untuk mengatasi masalah itu, Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) menyiapkan dua opsi untuk membereskan utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Chief Operating Officer (COO) BPI Danantara Dony Oskaria mengungkap dua langkah itu adalah menyuntik biaya ke KAI alias mengambilalih prasarana Kereta Cepat.
[Gambas:Video CNN]
(agt/sfr)
1 bulan yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·