Ini Bbm Pertamina Yang Dicampur Etanol

Jakarta, CNN Indonesia --

Banyak masyarakat menduga jika salah satu produk Pertamina ialah Pertalite merupakan bahan bakar dengan kandungan etanol.

Hal tersebut menjadi tanda tanya besar, terlebih bermunculan banyak kasus motor bermasalah di wilayah Jawa Timur setelah konsumen memakai bbm jenis itu. Di tengah kekhawatiran itu operator pelat merah ini telah memberi jawaban dengan memastikan Pertalite tak mempunyai kandungan etanol di dalamnya.

Tapi di satu sisi, bahan bakar dengan campuran etanol bukan perihal baru untuk Pertamina.

Sejak 2023, Pertamina telah merilis bensin baru berjulukan Pertamax Green. BBM ini dibuat oleh Pertamina menggunakan Pertamax serta campuran etanol 5 persen dari molase tebu alias merupakan bahan bakar nabati dengan bauran daya terbarukan.

Kombinasi itu membikin kadar RON Pertamax Green lebih tinggi menjadi 95, sedangkan Pertamax 92.

Bensin ini juga cocok untuk mobil bermesin Euro 4, lantaran selain RON 95, kadar sulfur maksimalnya 50 ppm. Kini, nilai Pertamax Green Rp13.500 per liter.

Bantah Pertalite punya kandungan etanol serta air

Kasus konsumen Pertalite mengalami brebet pada sepeda motor di Jawa Timur, ramai menjadi perbincangan dalam beberapa waktu terakhir. Tidak sedikit dari mereka kudu membawa motornya ke bengkel.

Selain etanol, masyarakat juga menduga Pertalite terkandung air, namun perihal itu turut disanggah pihak Pertamina.

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra memastikan tidak ada campuran etanol maupun air pada Pertalite.

"Apakah Pertalite saat ini mengandung etanol? Tidak mengandung etanol," kata Ega mengutip detik, Jumat (7/11).

Ega menegaskan masyarakat juga tak perlu cemas dengan rumor nan beredar sembari menekankan jika bahan bakar dengan RON 90 tersebut nihil campuran etanol.

Pihak Pertamina pun telah melakukan serangkaian pengetesan mengenai kandungan air, dan hasilnya tak ditemukan sama sekali.

"Kami juga melakukan pengecekan dengan standar visual clarity dan kejernihan warna daripada BBM untuk mengindikasi apakah ada kontaminan di dalam produk tersebut. Sejauh ini kami tidak menemukan indikasi perihal tersebut," ucap Ega.

(ryh/mik)

[Gambas:Video CNN]