Jakarta, CNN Indonesia --
Hingga akhir hayatnya, Paus Fransiskus terus menggaungkan nilai kesederhanaan, baik melalui pemilihan peti jenazah maupun busananya.
Sebelum peti jenazah ditutup, umat diberi kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus. Dalam tradisi Gereja Katolik, seorang paus nan wafat bakal mengenakan busana tertentu nan sarat makna.
Pastor Faris Jebada, OFM, pastor bagian sejarah Gereja di Roma, menjelaskan bahwa Paus Fransiskus mengenakan topi mitra berwarna putih nan melambangkan otoritas kepemimpinan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kasula merah melambangkan pengorbanan dan kemartiran, ialah kehidupan nan diberikan untuk gereja sampai mati. Kemudian pallium di leher nan juga sangat sederhana dibandingkan nan dahulu," ujar Faris dalam siaran langsung berbareng CNN Indonesia TV, Sabtu (26/4).
Hal nan menarik, lanjut Faris, adalah pemilihan sepatu oleh Paus Fransiskus. Para paus pendahulu biasanya mengenakan sepatu merah nan melambangkan kekuasaan. Namun, Paus Fransiskus memilih mengenakan sepatu hitam bekas.
Faris menilai, pemilihan sepatu dalam prosesi pemakaman tersebut memperlihatkan sikap sederhana dan kerendahan hati Paus Fransiskus hingga akhir hayat.
Tidak sepenuhnya 'melawan' tradisi
Gereja Katolik dikenal mempunyai tradisi nan diwariskan secara turun-temurun. Namun hingga akhir hidupnya, Paus Fransiskus tetap konsisten menjunjung nilai kesederhanaan, meskipun tidak sepenuhnya mengikuti tradisi.
Langkah Paus Fransiskus, menurut Faris, tidak menghapus tradisi, melainkan menekankan aspek kesederhanaan. Bagi Gereja, paus adalah gembala nan membawa nilai kerendahan hati.
Ilustrasi. Semasa hidupnya, Paus Fransiskus dikenal sebagai sosok sederhana. (Handout / VATICAN MEDIA / AFP)
Paus Fransiskus memilih peti jenazah dari kayu cemara. Padahal, umumnya peti jenazah paus terdahulu terdiri dari tiga lapisan: timah, kayu cemara, dan kayu ek.
Meski demikian, menjelang penutupan peti jenazah, otoritas Vatikan tetap menambahkan lapisan penutup dari metal alias seng sebelum ditutup kembali dengan kayu. Menurut Faris, perihal ini bermaksud agar jenazah dan seluruh isi peti tetap terjaga dengan baik.
"Saat wafat, jenazah biasanya diletakkan di atas catafalco dan dipajang di depan Basilika Santo Petrus agar umat dapat memandang jenazah secara utuh, seperti seorang raja nan wafat. Namun, dia memilih langsung diletakkan dalam peti," pungkas Faris.
[Gambas:Video CNN]
(els/tis)