Jakarta, CNN Indonesia --
Lonjakan jumlah merek mobil baru di Indonesia diprediksi tidak bakal berjalan lama. Persaingan nan kian ketat di tengah lemahnya daya beli masyarakat saat ini justru membuat pasar otomotif nasional memasuki fase 'hyper competition', alias kondisi ketika kejuaraan antar merek menjadi sangat sengit dan intens.
Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan kejadian ini berpotensi menimbulkan 'kanibalisme pasar'.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam kondisi pasar EV nan belum mapan dan tetap berkembang ini, jumlah merek nan begitu banyak untuk merebut segmentasi pasar nan tetap terbatas ini justru dapat menimbulkan kejadian kanibalisme pasar," kata Yannes dalam pesan singkat, Kamis (6/11).
"Situasi ini terjadi ketika merek-merek mobil saling menyantap segmentasi pasar satu sama lain," katanya lagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyampaikan indikasi ini sudah mulai terlihat melalui beragam praktik agresif, misalnya pemberian potongan nilai besar-besaran dan strategi 'bakar uang', hingga 'banting harga' demi menarik minat konsumen.
Jika kejadian ini melangkah dalam jangka panjang, bukan tidak mungkin bisa menggerogoti finansial perusahaan, terutama terhadap pemain nan modal dan fondasi bisnisnya belum paten.
"Fenomena ini dalam lama panjang jelas berpotensi untuk menggerogoti finansial perusahaan, terutama bagi nan secara modal dan fondasi bisnisnya belum cukup kuat," katanya.
"Diskon besar dan bakar modal nan berlebihan untuk memenangkan pasar tentunya bisa melemahkan likuiditas dan menggerus potensi untung mereka, sehingga hanya perusahaan dengan sumber daya lebih besar, manajemen nan lebih solid, dan strategi nan jeli nan bisa survive," ucap dia lagi.
Sedangkan perusahaan nan tidak bisa memperkuat dengan tekanan tersebut, ujung-ujungnya terpaksa mundur dan keluar dari pasar.
"Itu sebagai sebuah akibat logis kekalahan pertarungan dalam proses seleksi pasar nan semakin keras," kata dia.
Pernyataan ini sekaligus mengamini ramalan Chery mengenai kondisi pasar otomotif Tanah Air dalam beberapa waktu ke depan.
Wang Peng, COO Chery Sales Indonesia (CSI), menyampaikan sejumlah perusahaan diproyeksi tersingkir akibat proses 'seleksi alam' di industri otomotif dalam negeri. Mereka bakal gugur satu per satu, berkaca dari sejumlah kejadian di negara asalnya, China.
Chery merupakan salah satu merek mobil asal China nan memutuskan kembali ke Tanah Air. Selain Chery, ada banyak lagi merek asal China nan sekarang meramaikan pasar dalam negeri seperti GAC Aion, Xpeng, Neta, BYD, Baic, Jetour, dan tetap banyak lagi.
"Di masa depan, mungkin hanya bakal tersisa beberapa pemain besar saja. Sekarang mungkin ada 10-15 brand, tapi 5 alias 10 tahun lagi mungkin hanya bakal tersisa kurang dari 10 pemain, termasuk dari China, Jepang, dan beberapa negara lain. Itu bakal menjadi tren," kata Wang Peng, COO Chery Sales Indonesia (CSI) di dealer Jaecoo Mampang, Jakarta Selatan, pekan lalu.
Ia menjelaskan berkompetisi antar sesama merek di China sendiri sangatlah berat. Semua pabrikan bersaing secara ketat, dan kejadian di negeri panda itu bakal terjadi dalam beberapa tahun ke depan di Indonesia. Bagi dia hanya merek dengan fondasi kuat nan bakal bertahan.
"Tapi kita juga perlu belajar dari sejarah (di China). Beberapa brand sebelumnya kandas lantaran tidak cukup kuat untuk masuk ke pasar luar negeri. Ada juga perusahaan di China nan sekarang nyaris tutup," ucap dia.
"Karena itu, krusial bagi kita untuk memilih perusahaan dan brand nan besar dan kuat. Bukan hanya banyak produk, tapi juga mempunyai fondasi nan solid," ucap Wang.
(ryh/dmi)
[Gambas:Video CNN]
1 minggu yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·