Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7 persen pada 2025, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 5 persen.
Angka ini menjadi salah satu revisi terendah dalam proyeksi pertumbuhan negara-negara berkembang area Asia Timur dan Pasifik.
Dalam laporan Global Economic Prospects jenis Juni 2025, Bank Dunia mencatat perlambatan ini terjadi di tengah memburuknya kondisi ekonomi global, nan ditandai oleh peningkatan halangan perdagangan, ketidakpastian kebijakan, serta turunnya arus investasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertumbuhan di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, diperkirakan melambat lantaran investasi nan melemah dan tekanan dari lingkungan eksternal nan semakin memburuk," tulis Bank Dunia dalam laporan tersebut, dikutip Rabu (11/6).
Secara regional, Asia Timur dan Pasifik juga diproyeksikan mengalami pelemahan pertumbuhan dari 5 persen menjadi 4,5 persen pada tahun ini.
Sementara untuk golongan negara berkembang dan pasar berkembang (emerging market and developing economy/EMDE), proyeksi pertumbuhannya diperkirakan turun menjadi 3,8 persen pada 2025, sebelum naik tipis ke 3,9 persen pada 2026-2027.
Penurunan ini terjadi di tengah tekanan dunia seperti meningkatnya tensi perdagangan, gejolak geopolitik, dan ketidakpastian kebijakan ekonomi di negara-negara besar.
Bank Dunia juga menyoroti perlambatan investasi berkontribusi pada keahlian nan lebih lemah di banyak negara berkembang.
"Progres negara-negara berkembang dalam mempersempit kesenjangan pendapatan per kapita dengan negara maju serta mengurangi kemiskinan ekstrem diperkirakan tetap belum cukup," bunyi laporan itu lebih lanjut.
Laporan itu juga mencantumkan banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, menghadapi tantangan fiskal. Pendapatan negara nan terbatas serta tingginya beban subsidi dan kembang utang dinilai membatasi ruang kebijakan dalam menjaga pertumbuhan.
Di tengah kondisi tersebut, Bank Dunia menyebut penguatan investasi domestik, perbaikan suasana usaha, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi beberapa aspek nan dapat mendukung pertumbuhan jangka panjang.
Selain itu, stabilitas fiskal dan pengelolaan akibat inflasi turut menjadi perhatian dalam menjaga ketahanan ekonomi.
[Gambas:Video CNN]
(del/agt)