Jakarta, CNN Indonesia --
Dua pejabat tinggi pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dijadwalkan berjumpa dengan pejabat ekonomi utama China di Swiss pada Sabtu (10/5) mendatang.
Pertemuan tersebut disebut sebagai langkah awal menuju penyelesaian perang jual beli antara dua negara ekonomi terbesar bumi tersebut.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Kepala Negosiator Perdagangan Jamieson Greer bakal berjumpa dengan He Lifeng, pejabat ekonomi senior China, di Jenewa, Swiss.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertemuan ini diumumkan Washington pada Selasa (6/5) malam waktu setempat dan langsung mendorong kenaikan indeks saham berjangka AS serta pasar saham di China dan Hong Kong.
Pertemuan ini menjadi momen krusial setelah ketegangan jual beli antara kedua negara terus meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Tarif impor dari dan ke kedua negara telah melonjak hingga di atas 100 persen, nan disebut Bessent sebagai situasi setara dengan 'embargo perdagangan'.
Perang tarif ini telah mengacaukan rantai pasok global, mengguncang pasar keuangan, dan memicu kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.
Menurut sumber nan mengetahui rencana pembicaraan ini, delegasi dari AS dan China bakal membahas pengurangan tarif secara umum, serta tarif atas produk-produk tertentu, kontrol ekspor, dan keputusan AS untuk mencabut pembebasan bea masuk bagi peralatan impor berbobot rendah.
Bessent mengatakan pertemuan ini difokuskan pada upaya menurunkan ketegangan.
"Kita kudu menurunkan eskalasi dulu sebelum bisa melangkah lebih jauh," ujarnya, melansir Reuters.
Pemerintah China mengonfirmasi bakal menghadiri pertemuan tersebut. Juru bicara Kementerian Perdagangan China menyatakan keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan ekspektasi global, kepentingan nasional, serta aspirasi industri dan konsumen AS. Ia menambahkan China memilih bertindak nyata daripada sekadar berbicara.
Ini bakal menjadi pertemuan tingkat tinggi pertama antara pejabat utama kedua negara sejak Maret, ketika Senator AS Steve Daines berjumpa dengan Perdana Menteri China Li Qiang di Beijing.
Sebelumnya, China bersikeras tidak bakal bermusyawarah sebelum AS mencabut tarifnya. Namun, pekan lalu, Kementerian Perdagangan China menyatakan sedang mengevaluasi tawaran dari Washington.
Meski begitu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menegaskan posisi Beijing dalam menentang penyalahgunaan tarif oleh AS belum berubah.
Perang jual beli ini berakibat besar pada perekonomian China. Sektor manufaktur mereka terpukul, dan sejumlah analis telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China untuk 2025. Bank investasi Nomura apalagi memperkirakan sekitar 16 juta lapangan kerja di China bisa lenyap akibat perang tarif ini.
Sebagai respons, Bank Sentral China mengumumkan langkah stimulus baru, termasuk pemangkasan suku kembang dan penyuntikan likuiditas ke sistem perbankan. Langkah ini dinilai sebagai sinyal bahwa China tidak bakal bermusyawarah dari posisi lemah.
Sementara itu, pemerintahan Trump terus melakukan perundingan dengan mitra jual beli lainnya.
Sejak awal April, AS memberlakukan tarif 10 persen terhadap sebagian besar negara, dan tarif tambahan dijadwalkan bertindak mulai 9 Juli. Trump juga menerapkan tarif 25 persen untuk mobil, baja, dan aluminium dari sejumlah negara, serta tarif 145 persen unik terhadap produk China.
Bessent mengatakan AS sedang bermusyawarah dengan 17 negara dan kemungkinan bakal mengumumkan beberapa kesepakatan perdagangan dalam waktu dekat. Trump sendiri menyebut bakal meninjau usulan kesepakatan tersebut dalam dua pekan ke depan berbareng para pejabat seniornya.
Meski akibat tarif secara keseluruhan menyebabkan defisit perdagangan AS melonjak, defisit dengan China justru menurun tajam lantaran anjloknya volume impor dari negeri tersebut.
Menurut Bessent, pertemuan Sabtu ini bakal menentukan arah negosiasi ke depan.
"Yang kita inginkan adalah perdagangan nan adil," ujarnya.
[Gambas:Video CNN]
(del/sfr)