Jakarta, CNN Indonesia --
Pengadilan national di Virginia Amerika Serikat (AS) menjatuhkan hukuman 40 tahun penjara kepada warga negara Pakistan, Muhammad Pahlawan, karena menyelundupkan senjata asal Iran untuk kelompok pemberontak Houthi di Yaman.
Kasus ini menyoroti keterlibatan warga Pakistan dalam jaringan penyelundupan senjata lintas negara yang terus beroperasi hingga kini.
Departemen Kehakiman AS menyebut Pahlawan terbukti berkonspirasi memberikan dukungan materi bagi teroris, melanggar kontrol senjata pemusnah massal, dan mengangkut senjata konvensional canggih secara ilegal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjadi kapten kapal nelayan yang digunakan untuk mengirim komponen rudal balistik, bagian rudal anti-kapal, dan hulu ledak buatan Iran ke kelompok Houthi.
Operasi itu berhasil dicegat di Laut Arab pada Januari 2024, namun dua anggota pasukan khusus AL AS (Navy SEAL) tewas dalam proses penyergapan.
Sejumlah awak kapal mengaku tertipu dan tidak mengetahui bahwa mereka terlibat dalam operasi penyelundupan, menyoroti sifat jaringan perdagangan senjata ilegal yang berskala lintas negara, tersembunyi, dan sering kali bersifat koersif.
Senjata yang disita merupakan sistem canggih buatan Iran yang dikaitkan dengan serangan terhadap kapal dagang dan militer di Laut Merah serta Teluk Aden.
Kawasan itu semakin tidak stabil sejak serangan Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023 dan meningkatnya aktivitas kelompok Houthi di Yaman.
Jejak panjang perdagangan senjata
Keterlibatan Pakistan dalam penyelundupan senjata bukan hal baru. Sejak 1970-an ketika negara itu menjadi garis depan dalam Perang Dingin di Afghanistan, Badan Intelijen Militer Pakistan (ISI) berperan penting menyalurkan senjata dari AS dan Arab Saudi untuk kelompok mujahidin yang melawan Uni Soviet.
Namun sebagian besar senjata itu diduga diselewengkan, masuk ke pasar gelap, dan memicu kekerasan sektarian di dalam negeri.
"Pakistan seolah telah menjadi komunitas bersenjata. Banyaknya persenjataan ringan (SALW) telah menimbulkan banyak masalah bagi perlindungan warga sipil," kata Tariq Khosa dan Mariarita Piraino, peneliti Centre of Governance Research dalam artikel Impact of Illicit Weapons Smuggling successful Pakistan.
Wilayah sekitar Garis Durand-perbatasan antara Pakistan dan Afghanistan-sejak lama dikenal sebagai pusat perdagangan senjata ilegal.
Sejumlah bengkel senjata lokal memproduksi senjata rakitan yang selama puluhan tahun memasok kelompok kriminal dan militan di Asia Selatan. Fenomena ini melahirkan istilah "budaya Kalashnikov" di Pakistan, yang berkontribusi terhadap meningkatnya kekerasan dan lemahnya penegakan hukum.
Jaringan modern dan sindikat global
Metode penyelundupan senjata asal Pakistan kini semakin canggih. Dari operasi darat berskala besar, kini mencakup pengiriman lewat laut tersembunyi, drone, hingga jalur lintas perbatasan rahasia. Banyak di antaranya dikendalikan sindikat kriminal terorganisasi dengan jaringan internasional.
Sejumlah entitas berbasis di Pakistan juga diduga menyalurkan senjata tidak hanya ke India atau Afghanistan, tetapi juga ke wilayah lain, termasuk Yaman seperti dalam kasus Pahlawan.
Laporan di AS dan Eropa mencatat keterlibatan warga Pakistan dalam ekspor ilegal amunisi antipesawat dan teknologi drone, memperkuat reputasi negara tersebut sebagai salah satu pusat logistik perdagangan senjata dunia.
Salah satu isu yang berulang adalah dugaan keterlibatan atau pembiaran oleh elemen aparat keamanan Pakistan.
Sejumlah laporan investigatif menunjukkan kelompok yang berafiliasi dengan militer turut memanfaatkan jaringan penyelundupan demi keuntungan strategis atau ekonomi. Para analis menilai lemahnya penegakan hukum membuat jaringan ini tetap bertahan dan sulit diberantas.
"Ini menjadi tantangan besar bagi kami, mengenai bagaimana cara menghentikan penyelundupan?" ujar Kamran, pejabat elder bea cukai di Pakistan, ketika membahas penyelundupan senjata di area perbatasan.
Ancaman bagi keamanan regional
Penyelundupan senjata dari dan melalui Pakistan kini menjadi ancaman bagi stabilitas kawasan. Senjata ilegal dari jaringan tersebut telah memperkuat kelompok bersenjata non-negara di Timur Tengah dan Asia Selatan, memperpanjang konflik dan meningkatkan risiko terhadap pelayaran internasional di Laut Merah.
Sejumlah pengamat menilai kasus Pahlawan menunjukkan pentingnya kerja sama world dalam menindak arus senjata ilegal.
Upaya seperti operasi gabungan AS yang menggagalkan penyelundupan perlu diikuti langkah diplomatik dan reformasi soul di Pakistan, termasuk pengawasan ketat terhadap lembaga negara dan akuntabilitas hukum yang lebih tegas.
Selain itu, pemberdayaan masyarakat di wilayah perbatasan juga penting untuk memutus ketergantungan ekonomi terhadap aktivitas penyelundupan. Tanpa kemauan politik yang kuat, jaringan lama ini akan terus beradaptasi dan bertahan.
Selama aktor kriminal dan negara masih memiliki motivasi serta jaringan untuk memfasilitasi arus senjata ilegal, keamanan location dan world akan tetap terancam.
(dna)
        7 jam yang lalu
    
    
            
            
            
            
            
            
            
            
                    English (US)  ·         
                    Indonesian (ID)  ·